Korban Sajian Yang Menyenangkan Tuhan




Jumat, 31 Januari 2020

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 4-6

Imamat 6:15 (TB)  Setelah dikhususkan dari korban sajian itu segenggam tepung yang terbaik dengan minyak, serta seluruh kemenyan yang di atas korban sajian itu, maka haruslah semuanya dibakar di atas mezbah sehingga baunya menyenangkan sebagai bagian ingat-ingatannya bagi TUHAN.

Bila kita hidup dalam zaman Musa, mungkin kita bisa memahami suasana dan arti korban sajian secara fisik. Tepung terbaik diolah dengan minyak menjadi roti, dibubuhi dengan kemenyan kemudian dibakar di atas mezbah ... baunya wangi dan sedap sehingga menyenangkan Tuhan dan menjadi bagian yang selalu diingat oleh Tuhan.

Korban sajian dalam Perjanjian Lama tidak bisa lagi kita lakukan secara fisik di masa sekarang. Kita hidup dalam Perjanjian Baru di mana pengorbanan sudah disempurnakan oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib. Namun demikian kita bisa mempelajari makna rohani dari korban sajian supaya hidup kita semakin menyenangkan Tuhan.

1. Tepung diolah dengan minyak menjadi roti sajian.
Hal ini berbicara tentang merenungkan firman Tuhan dengan pimpinan Roh Kudus. Tepung adalah Alkitab tertulis (logos). Minyak menggambarkan Roh Kudus. Setelah diolah dengan minyak maka menghasilkan roti, artinya merenungkan firman Tuhan dalam pimpinan Roh Kudus akan menghasilkan firman "rhema" yaitu firman Tuhan yang berbicara secara spesifik bagi kita.

2. Korban sajian disajikan setiap hari.
Merenungkan firman Tuhan adalah bagian dari saat teduh yang dilakukan setiap hari menjadi korban sajian yang menyenangkan Tuhan. Kata sajian berarti hidangan yang dipersembahkan kepada tamu atau orang penting yang datang. Demikianlah dalam merenungkan firman, bukan lagi menjadi kebiasaan agamawi melainkan menjadi sebuah persembahan setiap hari yang dilakukan dengan memberikan yang terbaik dan bukan sekedar membaca atau asal-asalan.

3. Bau kemenyan adalah doa orang kudus.
Wahyu 8:3 (TB)  Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
Dalam saat teduh (merenungkan firman Tuhan dan berdoa) dilakukan dengan sungguh-sungguh dan memberikan waktu yang terbaik. Doa orang kudus seperti bau kemenyan wangi yang menyenangkan Tuhan.

Jadi apa kesimpulan arti korban sajian di masa kini? Yaitu kesatuan dalam merenungkan firman Tuhan yang dipimpin oleh Roh Kudus, disertai dengan doa dan dilakukan setiap hari sehingga menjadi korban yang menyenangkan hati Tuhan.  Adakah kita masih melakukan saat teduh dengan asal-asalan, kadang ingat kadang lupa? Atau membaca Alkitab tanpa perenungan dan pimpinan Roh Kudus sehingga tidak mendapatkan Rhema dari Tuhan? Jika kita memahami arti korban sajian pastilah kita akan melakukannya dengan sikap dan cara yang terbaik untuk Tuhan. Haleluya, Greater Blessing. (Ps.BW)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages