Senin, 8 Januari 2024
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 22-24
Kejadian 22:7 (TB) Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?"
Abraham disebut sebagai bapa orang beriman sebab ia selalu taat kepada perintah Tuhan. Hal ini terbukti dalam ketaatannya meninggalkan negerinya dan pergi ke suatu negeri yang akan Tuhan tunjukkan. Demikian pula ketika Tuhan memintanya untuk mempersembahkan Ishak, anaknya yang tunggal di gunung Moria.
Abraham mengalami ujian iman.
1. Perasaan hancur tetapi tetap taat.
Suasana kebatinan Abraham sebagai seorang bapa pastilah sangat hancur. Terlebih ketika anaknya bertanya, "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" Ia sangat mengasihi anaknya, tetapi ia lebih mengasihi dan taat kepada Tuhan. Jadi sekalipun hatinya hancur, ia tetap melanjutkan perjalanan untuk mempersembahkan (mengorbankan) anak semata wayang yang sangat dikasihinya.
2. Mempersembahkan milik yang paling berharga.
Bagi Abraham bukanlah harta yang paling berharga, tetapi anak yang tunggal, yang lahir di masa tuanya, yang dijanjikan Tuhan untuk meneruskan keturunannya menjadi bangsa yang besar. Harta bisa dicari, tetapi anaknya yang tunggal yang lahir di masa tuanya adalah tak tergantikan. Tetapi Abraham menunjukkan ketaatannya kepada Tuhan. Ketika Tuhan memintanya untuk mempersembahkan (mengorbankan) Ishak, maka ia tidak segan-segan untuk melakukannya.
3. Orang yang berhasil dan orang yang gagal dalam ujian.
a. Orang yang berhasil dalam ujian iman.
Ketika Tuhan meminta atau Tuhan membutuhkan untuk pekerjaan-Nya, maka orang yang berhasil dalam iman akan mempersembahkannya. Sekalipun hatinya hancur dan terpisah dari milik yang paling berharga, ia akan tetap taat dan setia kepada Tuhan.
b. Orang yang gagal dalam ujian iman.
Ketika Tuhan meminta atau Tuhan membutuhkan untuk pekerjaan-Nya, maka orang yang gagal dalam iman akan menolaknya. Ia tidak mau menderita dan hancur hati, Ia memegang kuat dengan tangannya ketika Tuhan meminta. Ia merasa bahwa semua adalah miliknya.
Marilah kita renungkan dalam diri kita masing-masing. Keluarga, harta, pekerjaan, bisnis, masa depan adalah milik Tuhan. Ketika Tuhan meminta apa yang menjadi milik-Nya, apakah kita mau mengembalikannya? Marilah kita belajar dari Abraham, sekalipun kehilangan yang paling berharga di dunia, tetapi ia tidak kehilangan Tuhan sebagai sumber kehidupan di bumi dan di sorga. Jadilah pemenang dalam ujian iman. Haleluya, Tuhan Yesus memberkati. (PBW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar