Persembahan Yang Tulus

 



Selasa, 30 Januari 2024


Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 1-3


Imamat 2:4 (TB)  Apabila engkau hendak mempersembahkan persembahan berupa korban sajian dari apa yang dibakar di dalam pembakaran roti, haruslah itu dari tepung yang terbaik, berupa roti bundar yang tidak beragi, yang diolah dengan minyak, atau roti tipis yang tidak beragi, yang diolesi dengan minyak. 


Kitab Imamat berisi tata cara dalam ibadah dan memberikan persembahan kepada Tuhan. Namun kita juga bisa belajar makna rohani yang terkandung di dalamnya. Salah satunya dalam mempersembahkan roti sajian harus dari tepung terbaik dan diolah tanpa menggunakan ragi. 


Mengapa tidak boleh menggunakan ragi? Sifat dari ragi adalah mengembangkan tepung sehingga ketika roti dimasak menjadi besar. Apakah makna rohaninya?


1. Memberikan persembahan dengan tulus.


Tulus artinya apa adanya dan tidak ada motivasi lain dalam memberikan persembahan selain memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan. Jangan dengan motivasi ingin diberkati, ingin dipuji dan dihormati serta dianggap penting. Jangan pula karena kecewa sehingga "membalas" Tuhan dengan cara berhenti memberikan persembahan. Tuhan menghargai orang yang setia dan membenci orang yang culas.


2. Jangan melebih-lebihkan persembahkan kita.


Jangan merasa berjasa dalam pekerjaan Tuhan dan merasa bisa mengatur pekerjaan Tuhan. Sesungguhnya tanpa persembahkan kita, Tuhan bisa melakukan dengan cara lain. Sebab itu jangan menyombongkan diri dan merasa persembahan kita paling besar. Bahkan sebenarnya apa yang kita persembahakan tidak perlu diketahui oleh orang lain.


Matius 6:2-4 (TB)  Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.

Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."


3. Jangan ada kebohongan dan dosa dalam memberi persembahan.


Janganlah persembahan yang diberikan merupakan hasil dari kejahatan, penipuan atau perbuatan dosa. Jangan pula tidak jujur dengan persembahan yang diberikan kepada Tuhan seperti dalam kisah Ananias dan Safira. Akhirnya persembahan yang diberikan menjadi kutuk bukan menjadi berkat.


Marilah kita memiliki sikap hati yang tulus dalam memberikan persembahan kepada Tuhan dan pekerjaan-Nya. Kiranya renungan ini menjadi berkat. Haleluya, Tuhan Yesus memberkati. (PBW)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages