Rabu, 25 April 2018
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Taw 16-18
1 Tawarikh 17:1 (TB) Setelah Daud menetap di rumahnya, berkatalah ia kepada nabi Natan: "Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut perjanjian TUHAN itu ada di bawah tenda-tenda."
Jika diperhatikan sekilas tampak kontras dan memprihatinkan membandingkan istana Daud dan Kemah Daud (tempat Tabut Allah semasa Daud). Daud tinggal di istana dari kayu aras yang mahal, sedangkan Tabut Allah (lambang kediaman Tuhan), tinggal di bawah tenda dari kain kelambu.
Bila kita memperhatikan denah Kemah Musa (rancangan yang diberikan oleh Tuhan), dan Kemah Salomo (rancangan yang telah dibuat oleh Daud) sebenarnya hampir mirip. Denahnya dibedakan antara halaman/pelataran, ruang suci dan ruang maha suci. Orang biasa hanya bisa masuk ke pelataran. Hanya imam yang bisa masuk ruang suci. Dan hanya imam yang terpilih masuk ruang Maha Suci setahun sekali.
Daud mengasihi Tuhan dan rindu membangun Bait Suci dan megah sebagai tempat kediaman Allah. Daud sudah menyiapkan rancangan Bait Suci dan juga material yang diperlukan. Tetapi Tuhan menghendaki Salomo yang membangunnya bukan Daud. Memang Daud seorang penumpah darah karena berperang mengalahkan musuh-musuhnya. Apakah Daud dilarang Tuhan membangun Bait Suci karena dia seorang pembunuh? Bukankah Daud seorang yang hidup berkenan dan mengerti hati Tuhan?
Di sinilah kita belajar mengapa Tuhan seakan-akan "menunda" pembangunan Bait Suci, dan berkenan tinggal di kemah yang sederhana.
1. Ada penyembahan yang lebih intim dengan umat-Nya.
Denah Kemah Daud langsung terbuka, orang biasa bisa menyaksikan dan memberi persembahan kepada Allah. Sebagai mana dalam perjalanan dari rumah Obed Edom ke Yerusalem, tidak ada hukuman atau kematian terjadi karena orang melihat Tabut Allah.
Tuhan merindukan hubungan yang tak terpisahkan dengan umat-Nya. Tuhan ingin ritual atau tata cara ibadah tidak menjadi pemisah dengan umat-Nya. Ibadah bukan di atur oleh waktu-waktu tertentu hanya pagi hari atau petang hari, melainkan setiap waktu selama 24 jam setiap hari.
2. Tuhan menikmati penyembahan yang dibangun umat-Nya.
Daud menyiapkan para imam, penyanyi dan pemusik untuk menaikkan nyanyian penyembahan kepada Tuhan, sementara umat Tuhan tidak henti-hentinya memberikan korban persembahan di hadapan Tuhan. Bagi Tuhan ini adalah ibadah yang sangat menyenangkan. Oleh sebab itu Tuhan ingin ibadah ini dilakukan selama Daud menjadi raja yaitu 30 tahun.
Demikian pula umat Tuhan menikmati penyembahan yang demikian, ada sukacita dan kekudusan sehingga fokus penyembahan tertuju kepada Tuhan. Sesungguhnya Tuhan rindu menikmati penyembahan kita lebih lama. Oleh sebab itu jangan terpaku oleh rutinitas dan liturgi yang seringkali membatasi kita dalam menyembah Tuhan.
Bila kita melihat dua hal tersebut, kita simpulkan ada keunikan dalam Kemah Daud, yaitu Tuhan berkenan tinggal di tempat yang sederhana untuk bersekutu dengan intim dan menikmati penyembahan dari umat-Nya. Sekalipun kondisi kita dan gereja sederhana, Tuhan tidak pernah memandang remeh. Yang Tuhan cari adalah para penyembah. Maukah Anda mendedikasikan hidup Anda untuk menjadi penyembah Tuhan? (Ps.BW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar