Mengulang Baptisan?




Kamis, 14 Nopember 2019

Bacaan Alkitab Setahun: Kis PR 19-21

Kisah Para Rasul 19:3-5 (TB)  Lalu kata Paulus kepada mereka: "Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?" Jawab mereka: "Dengan baptisan Yohanes."
Kata Paulus: "Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus."
Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.

Ketika Paulus pertama kali sampai di kota Efesus, ia menjumpai para murid yang sudah dibaptis selam dengan baptisan Yohanes dan belum menerima baptisan Roh Kudus. Setelah Paulus menjelaskan tentang baptisan Yohanes adalah baptisan tanda pertobatan dan mereka harus percaya kepada Yesus, akhirnya para murid tersebut memberi diri dibaptis. Jika kita merenungkan peristiwa tersebut seakan-akan mengulang baptisan, tetapi sesungguhnya menyempurnakan baptisan sesuai dengan perintah Tuhan (Mat 28:19-20).

Topik mengulang baptisan bisa menjadi perdebatan yang panjang antar para teolog, pemimpin gereja dan jemaat. Tetapi "benang merah" untuk menyelesaikan perdebatan ini adalah ketika kita menempatkan otoritas Alkitab di atas doktrin atau peraturan gereja.

Apa yang dapat kita pelajari dari kisah tersebut?

1. Alkitab tidak melarang untuk mengulang baptisan.
Beberapa catatan yang bisa menjadi dasar:
a. Apabila pernah dibaptis selain baptisan selam. Dengan dibaptis kembali secara selam, berarti menyempurnakan baptisan seperti teladan Tuhan Yesus dan arti dari kata baptisan yaitu baptizo. (Lihat renungan Minggu, 10 Nopember 2019).
b. Apabila pernah dibaptis waktu kanak-kanak di saat belum bisa memahami arti keselamatan dan pertobatan. Padahal syarat utama seseorang dibaptis adalah telah bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Dengan menyempurnakan baptisan atau kembali dibaptis selam saat dewasa berarti membawa seseorang mengalami dalamnya arti pertobatan dan komitmen untuk hidup baru dalam Kristus.

2. Menempatkan Alkitab di atas doktrin dan peraturan gereja.
Melanggar doktrin dan peraturan gereja yang tidak sesuai Alkitab adalah tidak berdosa. Sebaliknya mengikuti doktrin atau peraturan gereja yang tidak sesuai Alkitab adalah berdosa. Sebab kita harus percaya bahwa Alkitab adalah otoritas tertinggi sebagai penuntun kehidupan orang percaya dan kehidupan bergereja.
Sayangnya beberapa orang hanya dengan berpegang pada doktrin dan peraturan gereja menghakimi orang lain yang berpegang pada kebenaran Alkitab dan mengatakan bahwa mereka sesat.
Sebaiknya dalam menyikapi fenomena yang terjadi bukan dengan membabi buta sehingga tidak memahami kebenaran Alkitab yang sesungguhnya.

3. Mengulang baptisan bukan melecehkan baptisan tetapi menghargai baptisan.
Kita mungkin pernah mendengar seorang teolog atau pemimpin gereja dengan angkuhnya mengatakan bahwa mengulang baptisan adalah bentuk pelecehan.
Tetapi menyempurnakan sesuatu yang tidak sesuai Alkitab bukan pelecehan tetapi bentuk ketaatan dan penghargaan yang tinggi kepada kebenaran Alkitab sebagai firman Tuhan. Mengubah sikap atau keyakinan yang salah adalah bentuk sebuah ketaatan.


Beberapa orang akan menentang apa yang disampaikan dalam renungan ini, apabila mereka memegang kebenaran sendiri, doktrin atau peraturan gereja sendiri. Tetapi bila disikapi dengan kerendahan hati, mungkin saja ada doktrin dan peraturan gereja yang siap untuk diubah demi mentaati firman Tuhan. Dalam kenyataannya, ada orang-orang yang tidak mau menerima baptisan air secara selam karena takut dihakimi gereja dan dianggap sesat. Biarlah Roh Kudus akan menolong kita memahami dengan benar sesuai firman Tuhan. Selamat beraktifitas, Tuhan memberkati. (Ps.BW)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages