Kristen Tradisional




Kamis, 22 Agustus 2019

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 34-36

Yeremia 35:16 (TB)  Sungguh, keturunan Yonadab bin Rekhab menepati perintah yang diberikan bapa leluhurnya kepada mereka, tetapi bangsa ini tidak mau mendengarkan Aku!

Yeremia 35 menceritakan tentang kesetiaan orang-orang Rekhab dalam memelihara perintah leluhur yaitu pantang menanam dan meminum anggur. Tetapi sayangnya mereka tidak mau mendengarkan firman Tuhan. Kepada tradisi leluhur mereka taat tetapi kepada firman Tuhan mereka tidak mau taat.

Kristen tradisional adalah Kristen yang mentaati segala tradisi leluhur, budaya kearifan lokal, liturgi (tata cara ibadah), atau dogmatika gereja melebihi otoritas firman Tuhan.

Apakah ciri-ciri Kristen tradisional?

1. Cenderung kaku, tidak dinamis dan tidak bisa mengikuti perkembangan zaman.
Misalnya kita lihat kasus-kasus yang terjadi:
- Mengenakan celana jeans dalam ibadah bahkan pelayanan dipandang tidak sopan dan dicap sebagai orang berdosa.
- Menggunakan Alkitab aplikasi di HP saat ibadah dilarang (dipandang tidak layak) karena HP tidak kudus.
- Setiap perubahan sedikit pun tata cara ibadah harus menunggu rapat sinode tiga atau empat tahunan.
- Setiap perubahan tata letak kursi atau alat musik dalam ibadah harus menunggu keputusan rapat majelis.
- Satu-satunya alat musik yang dipakai di gereja adalah piano, alat musik band menyebabkan tidak khusuk dan berasal dari budaya yang berdosa.
- Lighting tidak boleh dipakai dalam ibadah karena seperti diskotik.
- Pembatasan usia dalam pelayanan, anak-anak muda remaja belum layak untuk melayani dalam ibadah umum.
- Kursi jemaat harus terbuat dari kayu yang memanjang, kursi majelis atau pemimpin gereja harus terpisah dari jemaat.
- Membedakan status antara kaum rohaniawan dan kaum awam.

2. Tidak peka dan tidak bisa mengikuti kegerakan Roh Kudus.
Berbagai aturan yang sangat ketat dalam gereja membatasi gerakan atau karya Roh Kudus.
- Ekspresi dalam pujian dibatasi, tidak boleh bertepuk tangan, mengangkat tangan, menari dan sebagainya.
- Tidak ada ruang waktu yang cukup untuk menyembah Tuhan.
- Tidak ada kesempatan untuk altar call sebagai pengalaman pribadi untuk meresponi firman Tuhan.
- Setiap kegerakan Roh Kudus terbentur oleh aturan gereja yang ketat.

3. Rawan terhadap sinkretisme.
Sinkretisme adalah percampuran antara perkara rohani dengan budaya yang cenderung menjadi penyembahan berhala. Dalam gereja-gereja yang mengadopsi budaya setempat (lokal) seringkali tidak bisa menempatkan otoritas firman Tuhan di atas budaya lokal.
Misalnya beberapa hal yang terjadi:
- Upacara perkabungan (peringatan) pada hari kematian, misalnya 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari dan sebagainya.
- Memasukkan budaya luar dalam ibadah gereja, misalnya tarian Barongsai.
- Menggunakan hio atau wangi-wangian di altar ibadah.
- Mengijinkan jemaat memelihara keris, tombak, benda pusaka lain tanpa memahami bahwa hal ini bisa menjadi ilah dalam kehidupan jemaat.
- Melakukan pemujaan atau mengkultuskan orang suci atau tokoh gereja secara berlebihan.
- Mengkeramatkan tempat-tempat suci sebagai tempat untuk berdoa dan bermeditasi.

Sebenarnya masih banyak ciri-ciri lain gereja tradisional, tetapi intinya tidak mau kembali ke Alkitab (back to Bible) sehingga, tidak menempatkan Alkitab sebagai otoritas tertinggi. Gereja-gereja tradisional lambat laun akan ditinggalkan. Belajarlah dari gereja-gereja di Eropa, bangunannya megah tetapi tidak memiliki jemaat karena pelayanan gereja tidak relevan dengan kemajuan peradaban. Setiap gereja bisa saja menjadi tradisional, termasuk gereja kita, apabila kita puas di suatu titik dan tidak mau mengikuti perkembangan berikutnya.

Sebentar lagi kita akan mengalami bonus demografi yaitu penduduk usia muda (produktif) akan jauh lebih besar. Hal ini merupakan peluang bagi gereja. Gereja yang relevan dan bukan tradisional akan menerima ledakan dalam pertumbuhan gereja. Bersiaplah menyambut tuaian raya. Tuhan memberkati. (Ps.BW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages