Cita-Cita Menjadi Gembala Jemaat




Senin, 9 Desember 2019

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Timotius 1-3

1 Timotius 3:1 (TB)  Benarlah perkataan ini: "Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah."

Hampir semua anak kita ketika ditanya tentang cita-cita mereka menjawab ingin menjadi tentara, polisi, pilot, akuntan, pengusaha, dokter atau sederet profesi lain yang mereka kenal. Jarang sekali anak-anak yang bercita-cita menjadi seorang hamba Tuhan. Kata penilik jemaat berasal dari bahasa Yunani (episkopos) yang artinya gembala-gembala jemaat. Dalam terjemahan FAYH, kata penilik langsung diterjemahkan sebagai gembala jemaat.
1 Timotius 3:1 (FAYH)  BENARLAH apa yang dikatakan orang, bahwa apabila seseorang ingin menjadi gembala jemaat, ia mempunyai cita-cita yang baik.

Mengapa dikatakan bahwa menjadi gembala jemaat adalah pekerjaan yang indah atau cita-cita yang baik?
Hal ini disebutkan dalam 1 Timotius 3:1-6, sekaligus diartikan sebagai syarat-syarat bagi penilik jemaat.

1. Seorang yang hidupnya kudus dan berkenan kepada Tuhan.
1 Timotius 3:2-3 (TB)  Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang,

2. Seorang yang menjadi teladan dalam mengurus keluarganya.
1 Timotius 3:4 (TB)  seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.

3. Seorang yang menjadi teladan dalam mengurus jemaat Allah.
1 Timotius 3:5 (TB)  Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?

4. Seorang yang dewasa iman dan rendah hati.
1 Timotius 3:6 (TB)  Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.

5. Seorang yang menjadi teladan dalam kemasyarakatan.
1 Timotius 3:7 (TB)  Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis.

Jadi intinya semua syarat-syarat yang ditetapkan tersebut adalah kehidupan yang mulia dan berkenan di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya bahwa cita-cita menjadi gembala jemaat adalah cita-cita yang baik atau pekerjaan yang indah.
Yang menjadi pekerjaan rumah bagi kita adalah bagaimana kita bisa menyiapkan generasi sesudah kita menjadi gembala-gembala jemaat di masa depan. Kita membutuhkan gembala-gembala yang akan meneruskan tongkat estafet pelayanan sampai ke garis akhir. Bahkan kita merindukan gembala-gembala jemaat yang milenial, yang relevan dengan kemajuan zaman ini.

Ada sebuah ilustrasi tentang keluarga yang memiliki empat orang anak. Anak pertama sangat cerdas, orang tuanya setuju dan mendukung anaknya masuk perguruan tinggi dan menjadi sarjana teknik. Anak kedua juga sangat rajin dan selalu mendapat rangking di kelas, orang tuanya setuju dan mendukung anaknya kuliah dan menjadi dokter. Anak ketiga juga sangat pintar ke kelas dan pintar juga mengelola uang, orang tuanya mendukung anaknya kuliah dan menjadi sarjana ekonomi. Kini anak yang keempat, selalu rangking buncit di kelas, bodoh dan susah diajari. Orang tuanya berkata, "Biarlah kita serahkan kepada Tuhan, supaya Ia mengubah anak kita ini menjadi hamba-Nya".
Hai para orang tua, cita-cita menjadi seorang hamba Tuhan bukanlah sisa-sisa ketika tidak bisa mencapai profesi lain, pilihan terakhir menjadi hamba Tuhan atau gembala jemaat. Doronglah anak-anak kita melayani Tuhan, jika Tuhan memanggilnya maka Ia akan menyediakan jalan-Nya. Berikan anak-anak kita yang terbaik untuk melayani Tuhan.

Biarlah renungan ini akan menyadarkan kita bahwa cita-cita menjadi gembala jemaat bukan pilihan terakhir tetapi pilihan utama dari Tuhan, supaya kehidupannya bisa memuliakan Tuhan, memberkati jemaat dan masyarakat. Selamat beraktifitas, Tuhan memberkati. (Ps.BW)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages