Solidaritas Buta Membawa Bencana




Minggu, 17 Maret 2019

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-hakim 19-21

Hakim-hakim 20:13 (TB)  Maka sekarang, serahkanlah orang-orang itu, yakni orang-orang dursila yang di Gibea itu, supaya kami menghukum mati mereka dan dengan demikian menghapuskan yang jahat itu dari antara orang Israel." Tetapi bani Benyamin tidak mau mendengarkan perkataan saudara-saudaranya, orang Israel itu.

Sampai hari ini kita masih sering mendengar pertengkaran antar kampung, pertengkaran antar sekolah atau kelompok pemuda. Seringkali hanya dipicu oleh masalah sepele, misalnya seseorang diejek oleh kelompok lain kemudian memprovokasi kelompoknya untuk menyerang kelompok yang lain.

Ketika sebelas suku Israel yang terdiri dari perwakilan prajurit terbaik berkumpul, tujuan utamanya adalah menghukum mati atau menghapuskan orang yang jahat dari Israel. Orang jahat yang dimaksud adalah sekelompok orang dursila dari suku Benyamin yang memperkosa perempuan Lewi sampai mati. Tetapi rupanya suku Benyamin memiliki solidaritas buta, yaitu membela orang yang bersalah karena mereka satu suku. Bermula dari hal inilah terjadi peperangan yang sangat dahsyat yang hampir memunahkan seluruh suku Benyamin. Jika orang Israel tidak menyadari bahwa suku Benyamin adalah saudara mereka tentunya semua laki-laki maupun perempuan suku Benyamin sudah ditumpas habis.

Dari kisah di atas kita mendapati ada solidaritas buta, atau solidaritas yang salah yang berpotensi menimbulkan bencana. Apakah yang dimaksud dengan solidaritas buta?

1. Tidak bisa membedakan mana yang baik dan yang jahat.
Karenanya semua orang dibela asal satu suku atau satu kelompok dengannya. Solidaritas buta ini menutupi kejahatan seseorang dengan alasan persamaan satu suku atau satu kelompok. Marilah kita instrospeksi, jangan jatuh dalam solidaritas yang buta supaya kesalahan kecil tidak merusakkan semuanya. Kesalahan kecil yang dibela bagaikan sebuah ragi yang mengkhamirkan seluruh adonan. Atau dalam peribahasa karena nila setitik, rusak susu sebelanga.

2. Harga diri yang tinggi membuat sikap yang tidak mau menerima nasehat atau masukan dari orang lain.
Nasehat sebelas suku Israel sesunggunya agar suku Benyamin menyerahkan orang-orang dursila yang telah berbuat noda di antara suku Israel.
Namun nasehat tersebut Israel ditolak mentah-mentah karena suku Benyamin memiliki harga diri yang terlalu tinggi. Sampai hari ini suku Benyamin memang jumlahnya paling sedikit tetapi mereka merasa paling eksklusif. Maklumlah suku Benyamin adalah suku paling bungsu yang paling dimanja oleh Yakub setelah kepergian Yusuf sehingga mereka memiliki harga diri yang terlalu tinggi (sombong).

Solidaritas sesungguhnya baik jika digunakan untuk membela kebenaran atau membela yang lemah. Tetapi solidaritas yang buta, yaitu membela (tidak mengakui) yang salah dan harga diri yang tinggi dapat membuat bencana terjadi antar pribadi, kelompok, masyarakat maupun bangsa.

Marilah kita belajar untuk menempatkan solidaritas pada tempatnya. Jangan terpancing memainkan solidaritas buta, atau yang salah. Biarlah solidaritas yang kudus atau yang benar yang mewarnai kehidupan kita. Selamat hari Minggu, selamat beribadah dan Tuhan memberkati. (Ps.BW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages