Kapal Tirus, Titanic Pada Zaman Perjanjian Lama




Jumat, 7 September 2018

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 25-27

Yehezkiel 27:32 (TB)  Dalam meratap karena engkau mereka mengucapkan, menangiskan ratapan: Siapa seperti Tirus, yang sudah dimusnahkan di tengah lautan?

Tirus adalah kota pelabuhan di sebelah selatan Lebanon (Iran) adalah kota pelabuhan besar yang sangat terkenal pada masa Perjanjian Lama. Yehezkiel disuruh Tuhan mengucapkan ratapan tentang malapetaka yang akan dialami oleh kapal Tirus.

Kapal Tirus adalah kapal yang besar dan maha indah, didesain dengan kuat dengan kayu sanobar dan kayu aras, layarnya berwarna-warni, pendayung dan pelautnya adalah orang-orang pilihan. Kapal Tirus merupakan kapal yang sempurna yang menjadi kebanggaan dan kesombongan warga kota Tirus pada zamannya.

Aktifitas yang ada di kapal Tirus adalah perdagangan dengan banyak komoditas mulai dari perhiasan hingga rempah-rempah (Yehezkiel 27:12-25). Intinya kapal Tirus menjadi sumber pendapatan dan kekayaan yang diandalkan untuk kemakmuran warga kota Tirus. Tetapi apa yang terjadi? Kapal Tirus dilanda badai timur yang ganas yang menenggelamkan kapal beserta semua yang ada di dalamnya. Sebuah kemusnahan yang menimbulkan ratap tangis dan kengerian bukan saja bagi warga kota Tirus tetapi juga bagi bangsa-bangsa yang berdagang dengan mereka.
Musibah yang dialami kapal Tirus serupa dengan kapal Titanic penuh dengan kemewahan dan kesombongan pada era modern yang juga tidak mampu menghadapi badai ganas yang mengamuk di lautan.

Apa yang dapat kita pelajari dari peristiwa tersebut?
1. Jangan mengandalkan kekuatan dan kekayaan dunia.
Kekuatan dan kekayaan dunia bisa sirna seketika. Tidak ada yang kekal yang bisa kita andalkan di dunia. Krisis keuangan, sakit penyakit, bencana alam, kecelakaan dan berbagai musibah bisa melanda dan menghabiskan semuanya tanpa tersisa.
Oleh sebab itu janganlah sombong ketika berada dalam kelimpahan, kedudukan dan prestasi sebab semua sementara dan titipan dari Tuhan.

2. Tetap andalkan Tuhan di segala situasi.
Baik ketika kelimpahan maupun kekurangan tetap andalkanlah Tuhan.
Ibrani 6:19-20 (TB)  Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.
Labuhkanlah sauh atau pengharapan kita di belakang tabir yang artinya di sorga. Dunia bisa mengalami krisis tetapi kerajaan Sorga tetap eksis selama-lamanya. Melalui doa, penyerahan dan ucapan syukur, tetaplah andalkan Tuhan dalam segala segi kehidupan kita.

Jangan mengandalkan kekuatan dan kekayaan dunia. Mari kita jalani hidup kita setiap hari dengan senantiasa mengandalkan Tuhan. Haleluya. (Ps.BW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages