Penampilan Rapi Dalam Ibadah

 



Minggu, 5 Pebruari 2023


Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 19-21


Imamat 21:10 (TB)  Imam yang terbesar di antara saudara-saudaranya, yang sudah diurapi dengan menuangkan minyak urapan di atas kepalanya dan yang ditahbiskan dengan mengenakan kepadanya segala pakaian kudus, janganlah membiarkan rambutnya terurai dan janganlah ia mencabik pakaiannya. 


Seorang yang menghargai dirinya akan selalu berpenampilan rapi. Ini juga akan membuat orang lain lebih menghargai. 

Dalam peraturan di perjanjian lama ada peraturan tentang penampilan imam. Meskipun dalam Perjanjian Baru aturan tersebut tidaklah mutlak, tetapi prinsip penampilan yang rapi tetap berlaku secara umum khususnya bagi para pelayan Tuhan. Penampilan kita mencerminkan sikap hormat kita kepada Tuhan. Mari kita belajar sekilas tentang ayat di atas.


1. Siapakah imam?


Sesuai peraturan Taurat di Perjanjian Lama, imam adalah kaum keturunan Harun yang bertugas mewakili jemaat di hadapan Tuhan. Imam haruslah kudus dan menjaga penampilannya sebab merekalah yang akan berhadapan dengan Tuhan yang kudus.


Sedangkan dalam Perjanjian Baru, setiap orang percaya dipanggil menjadi imam. Itulah sebabnya dalam ibadah, kita juga dipanggil untuk berpenampilan rapi dan sopan. Penampilan yang rapi secara fisik membedakan dengan orang duniawi dengan tujuan untuk mempermuliakan Tuhan.


1 Petrus 2:9 (TB)  Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: 


2. Gaya rambut yang rapi.


Dalam Imamat 21:10 disebut bahwa imam tidak boleh membiarkan rambutnya terurai. Dalam terjemahan lain disebut tidak membiarkan rambutnya kusut.

Dengan demikian kita simpulkan bahwa bahwa gaya rambut yang kita pakai haruslah memuliakan Tuhan dan berbeda dengan orang duniawi. Secara sederhana kita memahami bahwa Tuhan merindukan gaya rambut yang rapi, sopan dan tidak acak-acanan saat beribadah dan melayani Tuhan.


3. Pakaian yang rapi.


Berpakaian rapi tidak berarti harus mahal, melainkan layak, sopan dan tidak asal-asalan. Terlebih pada saat ibadah dan melayani Tuhan. Sebaiknya harus bisa membedakan penampilan kita saat beribadah dengan saat di rumah atau bermain.  Pergeseran budaya telah mempengaruhi tata busana dalam ibadah dan pelayanan. Terlebih jika meniru para pemimpin yang berpakaian mengikuti trend atau modis. Tetapi busana yang rapi dan sopan sesungguhnya memuliakan Tuhan dan tidak menjadi batu sandungan.


Kata mencabik pakaian dalam perjanjian lama berhubungan erat dengan kebiasaan perkabungan, demikian juga menoreh-noreh kulit. Tetapi para imam dilarang melakukan hal tersebut untuk membedakan dengan orang-orang duniawi.


Intisari dari Imamat 21:10 agar kita menjaga kekudusan melalui penampilan. Mungkin saja hati kita kudus walaupun penampilan tidak rapi dan tidak sopan, tetapi bisa juga menjadi batu sandungan dan menyebabkan orang lain berdosa.


Imamat 13:45 (TB)  Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis!


Berpenampilan rapi bukan berarti menghalangi kita dalam ibadah, tetapi marilah kita memberi yang terbaik bagi Tuhan melalui penampilan kita.

Menimbang-nimbang gaya penampilan tidaklah mudah, apalagi kalau dihubungkan dengan kata "relevan" dengan orang yang kita layani. Tetapi baiklah hati nurani kita tetap peka kepada etika kesopanan dalam beribadah karena hal ini berhubungan dengan penghormatan kepada Tuhan.

Selamat beribadah dan melayani Tuhan. Haleluya, Tuhan Yesus memberkati. (PBW)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages