Perkataan Pedas Menyulut Konflik



Kamis, 4 April 2019

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 19-21

2 Samuel 19:43 (TB)  Tetapi orang-orang Israel itu menjawab orang-orang Yehuda: "Kami sepuluh kali lebih berhak atas raja. Sebagai anak sulung kami melebihi kamu. Mengapa kamu memandang kami rendah? Bukankah kami yang pertama-tama harus membawa raja kami kembali?" Tetapi perkataan orang-orang Yehuda itu lebih pedas dari pada perkataan orang-orang Israel.

Sesungguhnya orang-orang Yehuda dan orang-orang Israel adalah bersaudara. Mereka bertengkar memperebutkan raja Daud. Pertengkaran itu dimulai dengan beradu mulut bahkan dengan kata-kata yang pedas.

Banyak konflik terjadi baik dalam keluarga, sosial maupun gereja dimulai dengan beradu mulut dengan kata-kata yang pedas. Ketika menerima kata-kata yang pedas ada yang menjadi sakit hati, marah bahkan berujung kepada pertengkaran fisik. Di sini kita melihat peran perkataan sangat mempengaruhi sebuah konflik.

Alkitab menulis beberapa nasehat tentang perkataan.

Amsal 15:1 (TB)  Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.

Amsal 31:26 (TB)  Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya.

1. Hindari mengucapkan perkataan yang pedas.
Kata-kata yang pedas bagaikan pedang yang bisa menyakiti orang lain. Bermula dari sakit hati, menjadi marah akhirnya terjadi konflik. Konflik paling sering terjadi dalam keluarga. Ketika anggota keluarga berkata dengan pedas maka akan terjadi konflik. Seringkali intonasi yang tinggi juga mewarnai kata-kata yang pedas sehingga lebih mudah menyulut emosi.

2. Biasakan mengucapkan jawaban dengan lemah lembut.
Ketika kita melayani perkataan pedas dengan jawaban lemah lembut, pertengkaran akan bisa dihindari. Tetapi bila perkataan pedas dibalas dengan jawaban yang pedas, maka konflik akan tersulut bahkan bisa melebar kepada yang lain. Jawaban yang lembut dibangun oleh kesadaran, penguasaan diri dan kebiasaan. Kesadaran berarti jawaban yang lembut itu bersumber dari kasih yang Tuhan kehendaki. Penguasaan diri berarti mampu mengendalikan perkataan sehingga tidak mudah mengucapkan kata-kata yang menyakiti orang lain. Kebiasaan berarti bila selalu berkata-kata dengan lemah lembut akan menjadi sebuah kebiasaan yang baik.

Seringkali terjadi di sebuah komunitas atau suku, perkataan yang pedas sudah menjadi ciri atau karakter. Tetapi sesuai dengan firman Tuhan kita harus mengubah dari perkataan yang pedas menjadi perkataan yang lemah lembut. Itulah yang Tuhan kehendaki supaya tidak terjadi konflik baik dalam keluarga, sosial maupun gereja. Selamat beraktifitas, Tuhan memberkati. (Ps.BW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages