Jangan Jadikan Anak Sebagai Korban



Senin, 22 April 2019

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Taw 7-9

1 Tawarikh 7:23 (TB)  Sesudah itu ia bersetubuh dengan isterinya, lalu mengandunglah perempuan itu dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamainya Beria, sebab malapetaka telah menimpa keluarganya.

Efraim berduka sebab keturunannya dibunuh oleh orang-orang Gad. Karena kepahitan hatinya ia memberi nama anaknya yang lahir kemudian dengan nama Beria, yang artinya malapetaka telah menimpa keluarganya. Di Alkitab ada beberapa anak yang menanggung arti nama yang buruk akibat penderitaan orang tua atau bangsanya. Nama Yabes artinya ibunya melahirkan dengan kesakitan. Nama Ikabod artinya kemuliaan Tuhan telah hilang dari Israel. Anak-anak lahir ini telah menjadi korban pelampiasan, kekecewaan atau kepahitan dari orang tuanya.

Beberapa sikap atau tindakan yang menjadikan anak sebagai korban, antara lain:

1. Memberi nama anak dengan arti yang buruk.
Nama akan menggambarkan masa depan anaknya. Nama yang buruk akan menjadikan anak memikul beban berat dari arti namanya. Bisa saja nama yang buruk bukan nama yang sebenarnya tapi nama panggilan yang artinya juga buruk. Ia menjadi tidak percaya diri dan menjadi bahan olok-olokan teman-temannya.
Jangan berikan nama yang buruk sebagai pelampiasan kekecewaan Anda.
Kesalahan bukan pada anak Anda, oleh sebab itu berilah nama yang baik dan percayalah anak Anda akan menjadi penghibur dan pelepas dari segala kepahitan dan kegagalan.

2. Melakukan kekerasan secara psikis.
Kekerasan secara psikis bisa berupa selalu memarahi dan menyalahkan tanpa alasan yang jelas. Atau menjadikan anak sebagai kambing hitam atas kepahitan orang tuanya. Melakukan intimidasi atau menakut-nakuti anak. Bisa juga memaksa anak untuk mengikuti setiap kemauan orang tua. Kekerasan secara psikis akan mempengaruhi pertumbuhan kejiwaan anak. Anak bisa jadi pendiam, pemurung, pemberontak, dewasa sebelum waktunya dan mencari pelarian di luar keluarganya. Akan sangat berbahaya bila ia menemukan teman-temannya yang bergaya hidup seks bebas, suka berkelahi, peminum atau pecandu narkoba. Oleh sebab itu kasihilah anak Anda, perhatikan kata-kata Anda dalam mendidik anak. Jangan selalu menggunakan intonasi yang tinggi dan membentak-bentak. Sebaliknya dengan kasih dan kelemah-lembutan justru akan membentuk hatinya semakin indah dan taat.

3. Melakukan kekerasan secara fisik.
Banyak orang tua yang tidak sabaran ketika anak-anak mulai membandel dan menentang orang tua. Tidak jarang banyak orang tua mulai menampar, memukul, mengunci di dalam ruangan, membanting dan merusak mainannya serta melakukan kekerasan fisik yang lain. Hal ini akan membuat anak semakin keras hati dan melawan orang tuanya. Mungkin ketika masih kecil dia tidak bisa melawan. Tetapi ia menyimpan kepahitan hatinya dan akan mewujudkan pemberontakan kepada orang tua ketika ia sudah dewasa.
Kekerasan fisik tidak menyelesaikan masalah. Sebaiknya duduklah bersama anak Anda, ajak makan di luar atau pergi wisata. Berbicaralah dari hati ke hati. Anda dan anak Anda akan bisa mensinkronkan frekuensi hati sehingga bisa terjadi saling pengertian satu dengan yang lain.

Jangan jadikan anak sebagai korban kekecewaan dan kepahitan Anda. Jangan berikan nama yang buruk, jangan lakukan kekerasan secara psikis dan fisik. Anak adalah titipan dari Tuhan, suatu saat setiap orang tua akan mempertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu didiklah anak-anak dengan penuh kasih dan kesabaran. Selamat beraktifitas dan Tuhan memberkati. (Ps.BW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages