Nir Etika Membawa Petaka

 



Jumat, 12 April 2024


Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-raja 1-3


2 Raja-raja 1:9 (TB)  Sesudah itu disuruhnyalah kepada Elia seorang perwira dengan kelima puluh anak buahnya. Orang itu naik menjumpai Elia yang sedang duduk di atas puncak bukit. Berkatalah orang itu kepadanya: "Hai abdi Allah, raja bertitah: Turunlah!" 


Raja Ahazia mengutus beberapa orang untuk memanggil Elia.


1. Utusan pertama berkata kepada Elia: "Hai abdi Allah, raja bertitah: Turunlah!"


Utusan pertama adalah seorang perwira, dari kata-katanya ia bersikap arogan, merasa memiliki jabatan dan kekuasaan dan nir (tidak punya) etika terhadap abdi Allah sebagai wakil dari Tuhan. Akibatnya ia mendapat petaka.


2 Raja-raja 1:10 (TB)  Tetapi Elia menjawab, katanya kepada perwira itu: "Kalau benar aku abdi Allah, biarlah turun api dari langit memakan engkau habis dengan kelima puluh anak buahmu." Maka turunlah api dari langit memakan dia habis dengan kelima puluh anak buahnya.  


2. Utusan kedua berkata kepada Elia: "Hai abdi Allah, beginilah titah raja: Segeralah turun!"


Sikap dan perkataan utusan kedua hampir sama dengan utusan pertama. Sama-sama seorang perwira tetapi bersikap arogan dan nir etika terhadap Elia, seorang abdi Allah. Ia pun menerima petaka atas sikapnya.


2 Raja-raja 1:12 (TB)  Tetapi Elia menjawab mereka: "Kalau benar aku abdi Allah, biarlah turun api dari langit memakan engkau habis dengan kelima puluh anak buahmu!" Maka turunlah api Allah dari langit memakan dia habis dengan kelima puluh anak buahnya. 


3. Utusan ketiga datang kepada Elia dengan penuh hormat dan beretika. 


Meskipun seorang perwira, ia rendah hati dan tidak arogan, ia belajar dari kesalahan orang lain dan sangat menghormati Elia bahkan berlutut memohon belas kasih Elia.


2 Raja-raja 1:13-14 (TB)  Kemudian raja menyuruh pula seorang perwira yang ketiga dengan kelima puluh anak buahnya. Lalu naiklah perwira yang ketiga itu dan sesudah sampai, berlututlah ia di depan Elia, serta memohon belas kasihan kepadanya, katanya: "Ya abdi Allah, biarlah kiranya nyawaku dan nyawa kelima puluh orang hamba-hambamu ini berharga di matamu.

Bukankah api sudah turun dari langit memakan habis kedua perwira yang dahulu dengan kelima puluh anak buah mereka? Tetapi sekarang biarlah nyawaku berharga di matamu."


Akibatnya ia tidak menerima petaka, tetapi Tuhan menggerakkan hati Elia untuk memenuhi permintaannya.


2 Raja-raja 1:15 (TB)  Maka berfirmanlah Malaikat TUHAN kepada Elia: "Turunlah bersama-sama dia, janganlah takut kepadanya!" Lalu bangunlah Elia dan turun bersama-sama dia menghadap raja.


Apakah yang dapat kita pelajari dari kisah tersebut?


Sikap dan tindakan yang nir (tidak punya) etika, cepat atau lambat akan membawa petaka atau celaka. Dalam hidup ini kita harus menjaga etika dalam hubungan dengan orang tua (yang dituakan), abdi Allah (hamba Tuhan dan gereja) dan pemimpin serta etika di jalan raya. Demikian pula harus menjaga etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk etika dalam berpolitik. Pandanglah politik bukan sebagai jalan memperoleh kekuasaan tetapi sarana untuk melayani dan mengusahakan kesejahteraan rakyat.


Ada suatu legenda yang terkenal dari Sumatera Barat yaitu Malin Kundang. Setelah sukses ia tidak mengakui ibunya yang miskin, yang telah membesarkan dan merawatnya. Akibat sikapnya yang tidak punya etika akhirnya ia dikutuk menjadi batu.


Marilah kita belajar menerapkan etika dalam kehidupan sehari-hari. Jauhilah sikap dan perbuatan yang nir etika, karena akan membuat nama baik kita hancur, mengalami petaka bahkan kutuk akan ditanggung oleh seluruh keturunan kita. Selamat beraktifitas, Tuhan Yesus memberkati. (PBW)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages