Selasa, 26 Mei 2020
Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 19-21
Ayub 19:17 (TB) Nafasku menimbulkan rasa jijik kepada isteriku, dan bauku memualkan saudara-saudara sekandungku.
Penderitaan terberat bagi Ayub bukanlah kehilangan semua hartanya atau kehilangan semua anaknya, melainkan sakit penyakitnya. Inilah titik terendah dalam penderitaan Ayub.
Apa saja yang dirasakan Ayub di titik ini?
1. Rasa sakit dan gatal yang amat sangat.
Ayub 2:8 (TB) Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu.
Beling adalah serpihan kaca atau keramik, ketika digunakan untuk menggaruk kulit yang gatal akibat borok, bisa dibayangkan kulitnya semakin luka dan membusuk. Semua dilakukan Ayub karena rasa gatal dan sakit yang amat sangat.
2. Busuk di semua permukaan kulit membuat Ayub tidak dikenali lagi.
Ayub 19:15 (TB) Anak semang dan budak perempuanku menganggap aku orang yang tidak dikenal, aku dipandang mereka orang asing.
Semua saudara, kenalan, kaum kerabat dan kawan-kawan melupakan Ayub dan tidak mengenalinya lagi. Bahkan anak semang (anak angkat dari orang lain) dan para budaknya memandang Ayub sebagai orang asing. Kondisi Ayub tinggal tulang dibungkus kulit yang busuk. Semua orang mengira Ayub sudah hampir mati sehingga meninggalkannya.
3. Busuk di kulit dalam tubuh.
Ayub 19:20 (TB) Tulangku melekat pada kulit dan dagingku, dan hanya gusiku yang tinggal padaku.
Semua gigi Ayub rontok, hanya tinggal gusinya. Semua lapisan kulit dalam rongga mulut sampai lapisan kulit dalam usus bahkan semua kulit dalam organ dalamnya juga membusuk. Hal ini menimbulkan bau yang sangat tidak sedap ketika Ayub bernafas.
Ayub 19:17 (TB) Nafasku menimbulkan rasa jijik kepada isteriku, dan bauku memualkan saudara-saudara sekandungku.
4. Menerima semua ejekan.
Ayub 19:18 (TB) Bahkan kanak-kanak pun menghina aku, kalau aku mau berdiri, mereka mengejek aku.
Ayub menerima penghinaan dan ejekan dari semua orang baik isterinya, sahabat, kawan-kawan, anak semang, budak-budaknya, semua orang yang pernah mengenalnya bahkan anak-anak kecil. Merupakan penderitaan mental ketika setiap saat menerima penghinaan dan ejekan dari orang lain.
Di tengah semua penderitaannya dan berada di titik terendah, Ayub masih menyimpan asa dan kerinduan untuk melihat Allah. Hati sanubarinya merindukan Allah.
Ayub 19:26-27 (TB) Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.
Inilah yang bisa kita teladani dari sikap Ayub. Berada dalam titik terendah masih percaya dan merindukan persekutuan dengan Tuhan. Bagaimana dengan Anda, apakah saat ini Anda merasa berada di titik terendah? Bagaimanakah sikap Anda terhadap semua masalah dan penderitaan yang sedang Anda alami?
Seseorang mengatakan bahwa "kesehatan adalah harta yang sangat berharga". Hal ini didasari ketika seseorang sakit bisa menghabiskan semua hartanya bahkan bisa meninggalkan hutang yang sangat banyak. Kita mungkin mengalami masalah yang sangat berat, tetapi puji Tuhan jika kita masih diberikan kesehatan ini merupakan anugerah yang besar. Dengan kesehatan kita masih bisa bekerja, belajar dan memuliakan Tuhan. Oleh sebab itu jagalah kesehatan senantiasa.
Kita mungkin berada di titik terendah, tetapi Ayub jauh lebih rendah daripada kita. Jika Ayub bisa bersyukur, tetap percaya dan memelihara hubungan dengan Allah, bagaimana dengan kita? Jangan karena masalah menjadikan kita meninggalkan Allah. Sebaliknya marilah di titik terendah ini, membuat kita semakin intim dengan Tuhan. Haleluya, Greater Blessing. (Ps.BW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar