Sabtu, 9 Oktober 2021
Bacaan Alkitab Setahun: Maleakhi 3-4
Maleakhi 3:8 (TB) Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!
Budaya dalam masyarakat di Indonesia penuh dengan etika dan sopan santun, sehingga dalam mengungkapkan sesuatu dibungkus dengan kesopanan dan tidak diutarakan secara vulgar.
Pada saat para penterjemah Alkitab menterjemahkan Alkitab dalam bahasa Indonesia (Terjemahan Baru), mereka juga memperhatikan kearifan lokal, karena berbicara secara vulgar tentang keuangan seringkali dianggap tabu atau kurang sopan. Sehingga judul perikop ditulis "Pembayaran persembahan persepuluhan menyenangkan hati Allah". Padahal sesungguhnya dalam sumber asli maupun terjemahan dalam bahasa Inggris tidak ada judul atau perikop.
Demikian pula dalam menterjemahkan Maleakhi 3:8, terjemahan dalam bahasa Inggris (NKJV) yang mendekati aslinya menggunakan kata "robbed" atau merampok, tetapi Alkitab Terjemahan Baru diperhalus menjadi menipu.
Malachi 3:8 (NKJV) "Will a man rob God? Yet you have robbed Me! But you say, 'In what way have we robbed You?' In tithes and offerings.
Maleakhi 3:8 (NKJV) "Apakah seseorang akan merampok Allah? Padahal kamu telah merampok Aku! Tetapi kamu berkata, 'Dengan cara apa kami merampok Engkau?' Dalam persepuluhan dan persembahan.
Karena makna katanya diperhalus sehingga seringkali kita abaikan. Dalam hal ini banyak orang tidak melakukannya karena dianggap bukan peringatan serius.
Bayangkan bila kita sadar bahwa tidak membayar persepuluhan sama dengan merampok Tuhan, pastilah kita akan taat karena tidak mau mengambil milik Tuhan secara paksa (merampok).
Banyak orang sangat suka berdoa atau menyanyikan pujian dengan kata "menyenangkan hati Tuhan". Pesannya adalah "pembayaran persembahan persepuluhan menyenangkan hati Tuhan".
Sebaiknya kita mengembalikan tentang persembahan persepuluhan bukan sebagai hukum tetapi kembali kepada kasih. Barangsiapa mengasihi Tuhan maka ia akan setia dalam persembahan persepuluhan.
Persepuluhan merupakan paket penghasilan yang kita terima, artinya dalam penghasilan kita terkandung 10% milik Tuhan. Ini menjadi tes atau ujian ketaatan apakah kita mengembalikannya kepada Tuhan atau menggunakannya untuk kepentingan pribadi (merampok). Ada yang berkata, "Bukankah saya yang bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan? Ini adalah hak saya!". Marilah kita renungkan, tanpa Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Ulangan 8:18 (TB) Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.
Uang dapat mengambil posisi penting dalam hubungan antara jemaat dengan Tuhan. Bahkan uang bisa menjadi Mamon atau dewa yang disembah. Bila kita menyembah Tuhan tentu kita akan melakukan seperti kata ayat ini,
Matius 22:21 (TB) Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Sebagaimana membayar pajak atau PPN pada barang yang kita beli wajib kita bayarkan, demikianlah seharusnya kita mengembalikan apa yang menjadi milik Tuhan. Kiranya pengertian ini membuat kita sadar dan semakin menyenangkan Tuhan dengan persembahan persepuluhan yang kita berikan kepada Tuhan. Haleluya, Tuhan memberkati. (Ps.BW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar