Ketika Pasangan Hidup Tidak Mendukung



Rabu, 20 Mei 2020

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 1-3

Ayub 2:9 (TB)  Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"

Dalam satu hari Ayub mengalami musibah luar biasa yang diijinkan oleh Tuhan. Semua hartanya dirampas musuh dan terbakar habis. Sepuluh anaknya tewas tertimbun rumah yang roboh akibat angin badai. Beberapa hari kemudian barah (bisul) yang busuk menimpa sekujur tubuh Ayub dari kepada sampai telapak kaki. Dalam penderitaannya Ayub tetap bisa bersyukur, tetapi sayang isterinya tidak mendukung Ayub bahkan ia melampiaskan kemarahannya dan menyuruh Ayub mengutuki Allah. Mengapa isteri Ayub tidak mendukung Ayub ketika dalam penderitaan?

1. Isteri Ayub tidak sepadan secara rohani.
Dalam Ayub 1 diceritakan bahwa Ayub seorang yang saleh dan jujur, takut akan Allah dan tidak menjauhi kejahatan. Demikian pula Ayub selalu mempersembahkan korban untuk menguduskan anak-anaknya. Tetapi tidak didapati status rohani dari isteri Ayub. Kemungkinan besar iman isterinya tidak sekuat dan sesaleh Ayub. Biasanya yang menjadi target serangan (pencobaan) Iblis adalah orang yang beriman, sedangkan yang biasa-biasa atau kompromi tidak perlu dicobai akan jatuh sendiri.

2. Isteri Ayub belum bisa menerima kenyataan hidup.
Musibah yang datang bertubi-tubi merenggut semua harta dan semua anak yang dikasihi tentu merupakan pukulan yang berat bagi Ayub dan isterinya. Ayub bisa menerima kenyataan dan berserah kepada Allah, tetapi tidak ada sepatah kata pun respon isterinya. Kemungkinan besar isteri Ayub sangat kecewa atau marah kepada Tuhan.
Ayub 1:20-21 (TB)  Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah,
katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"

3. Isteri Ayub melupakan janji nikah dengan suaminya.
Dalam pernikahan janji nikah yang diucapkan adalah setia dalam keadaan suka maupun duka, sehat maupun sakit, dalam kelimpahan maupun kekurangan. Dalam musibah yang dialami Ayub, isterinya bukan mendukung Ayub tetapi justru melemahkan iman Ayub.
Ayub dengan tegas menolak permintaan isterinya yang tidak sejalan dengan kehendak Allah.
Ayub 2:10 (TB)  Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.

Berdasarkan alasan tersebut disimpulkan bahwa sangat penting untuk mendapatkan pasangan hidup yang sepadan sehingga bisa selalu mendukung dalam segala keadaan, terutama ketika masa-masa sulit terjadi. Bukan meninggalkan atau meminta untuk mengutuki Tuhan, tetapi mendukung dan bersama merendahkan diri di hadapan Tuhan.
2 Korintus 6:14 (TB)  Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?

Pasangan yang seimbang yang dimaksud bukan hanya seiman dalam arti agamanya sama, tetapi memiliki tingkat kerohanian dan kesalehan yang seimbang.
Sebuah pelajaran bagi kita saat ini untuk terus berdoa dan berusaha agar suami isteri memiliki kesepadanan dalam iman dan kesalehan kepada Tuhan. Demikian pula yang masih single agar benar-benar menemukan pasangan yang sepadan.
Kebersamaan suami isteri dalam menghadapi kenyataan hidup bahkan penderitaan akan membuat mereka bisa mengucap syukur kepada Tuhan, tetap kuat dan bertahan dalam pencobaan. Haleluya, Tuhan memberkati. (Ps.BW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages