Selasa, 10 Oktober 2017
Matius 7:13-14 (TB) Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;
karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."
Dalam menempuh perjalanan, sebagian besar orang pastilah memilih jalan yang lebar daripada jalan yang sempit. Kita teringat tragedi Brebes Exit (Brexit) tahun lalu, karena sebagian besar pemudik memilih lewat jalan tol fungsional dengan harapan jalan tol yang lebar dan lebih cepat sampai tujuan. Tetapi justru berbuah petaka, pintu keluar tol Brebes tidak dapat melayani akses keluar dengan cepat padahal sepanjang jalan tol sudah menumpuk puluhan ribu mobil. Kemacetan parah ini tidak hanya memaksa pemudik lebih dari 24 jam di jalan tol tetapi juga memakan korban.
Dalam kehidupan rohani pernahkan kita berpikir jalan yang kita lalui sebagai orang percaya seakan-seakan jalan yang sempit? Kita menjadi minoritas yang diperlakukan tidak adil. Kita harus memikul salib dengan tidak kompromi dengan keinginan daging. Berbagai kesulitan yang pergumulan yang kita alami harus dijalani dengan tekun tanpa melalui jalan pintas.
Sementara kita melihat di luar sana, mayoritas orang melalui jalan yang lebar. Banyak teman-temannya, menawarkan banyak kemudahan, bisa kompromi, membebaskan segala keinginan daging tersalurkan. Banyak jalan pintas yang ditawarkan meskipun melanggar firman Tuhan. Itulah realita yang dihadapi manusia, ada jalan yang lebar dan jalan yang sempit.
Amsal 14:12 (TB) Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.
Bila kita memahami tujuan hidup yang sejati, pastilah kita akan memilih jalan yang sempit meskipun harus memikul salib dan menjadi minoritas sebab kita percaya di ujung jalan bukan maut yang menanti melainkan keselamatan sejati. Berbahagialah orang-orang yang setia di dalam Tuhan. Amin. (Ps.BW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar