Kamis, 11 April 2019
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-raja 16-18
1 Raja-raja 17:13 (TB) Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
Krisis kekeringan sedang terjadi pada zaman Elia. Terjadi kelaparan dan sangat sulit mendapatkan bahan makanan. Alkisah, ada seorang janda dan anaknya tinggal di tepi sungai Kerit. Mereka hanya mempunyai segenggam tepung dan sedikit minyak dalam buli-buli, itu adalah persediaan makanan yang terakhir. Mereka akan mengolah tepung dan minyak menjadi roti, lalu dimakan dan sesudah itu mereka akan mati. Janda dan anaknya itu sedang mengalami krisis, benar-benar di ujung tanduk.
Pertemuan janda Sarfat dengan Elia telah mengubah kehidupan mereka. Elia sebagai nabi Tuhan menyampaikan pesan Tuhan agar janda di Sarfat itu membuat terlebih dahulu sepotong roti bundar kecil dan diserahkan kepada Elia. Sesudah itu barulah dibuat sisa tepung itu roti untuk ia dan anaknya. Sungguh ajaib, terjadilah mujizat sesuai firman Tuhan bahwa tepung dalam tempayan dan minyak dalam buli-buli tidak pernah berkurang sampai kelaparan lalu dari bangsa Israel.
Janda Sarfat dan anaknya sedang mengalami krisis, bagaimana mereka bisa keluar dari krisis tersebut?
1. Percaya kepada firman Tuhan.
Janda di Sarfat mempercayai pesan (firman Tuhan) yang disampaikan oleh Elia sebagai abdi Allah. Ia memilih untuk tidak mempercayai pendapatnya sendiri yang mengatakan bahwa itu adalah tepung dan minyak terakhir, sesudah dibuat menjadi roti, ia dan anaknya akan makan dan sesudah itu mereka akan mati. Janda di Sarfat melakukan tepat seperti yang dikatakan Elia.
Di tengah krisis yang sedang dihadapi, percayalah dan taatilah firman Tuhan sekalipun secara logika tidak masuk akal.
2. Prioritaskan Tuhan dalam aktifitas.
Janda di Sarfat membuat terlebih dahulu sepotong roti bundar kecil bagi Elia (sebagai wakil dari Tuhan). Janda di Sarfat memprioritaskan Tuhan terlebih dahulu, baru sesudah itu untuk ia dan anaknya.
Di tengah krisis yang sedang dihadapi, prioritaskan Tuhan.
A. Dalam pengaturan waktu setiap hari.
Tetaplah sediakan waktu bahkan menambah waktu untuk saat teduh, yaitu menyembah, berdoa dan merenungkan firman Tuhan setiap hari.
B. Dalam ibadah dan pelayanan.
Tetaplah setia dalam ibadah dan pelayanan di rumah Tuhan. Jangan meninggalkan ibadah dan pelayanan dengan alasan sedang sibuk, sedang banyak masalah atau alasan secara rohani "cuti untuk mencari Tuhan". Jika semua orang sedang dalam masalah, siapakah yang akan melayani di rumah Tuhan? Apakah ibadah akan libur? Tetaplah setia kepada Tuhan sekalipun sedang mengalami pergumulan.
Marthin Luther, tokoh reformasi gereja berkata, "Saya dapat melakukan jauh lebih banyak jika saya menghabiskan tiga jam pertama setiap hari untuk berdoa."
3. Prioritaskan Tuhan dalam keuangan.
Memang ada alasan untuk berhemat di saat krisis, apalagi dalam krisis keuangan. Tetapi jangan sampai berhemat atau berhenti dalam memberi persepuluhan dan persembahan. Persepuluhan adalah kunci untuk membuka berkat dan perbendaharaan Tuhan bagi kita. Sedang persembahan adalah benih yang kita tabur supaya terus menuai.
Prioritaskan Tuhan dalam pengaturan keuangan sekalipun banyak kebutuhan lain yang mendesak. Seringkali alasan kita untuk menunda persepuluhan dan persembahan karena Tuhan penuh kasih dan akan mengampuni kelalaian kita. Tetapi sesungguhnya kita tidak menghargai dan mempercayai Tuhan sebagai sumber hidup yang memberi solusi dalam setiap krisis yang sedang kita hadapi.
Milikilah iman yang sederhana ketika sedang mengalami masa krisis, yaitu
A. Percaya firman Tuhan dan lakukan
B. Prioritaskan Tuhan dalam aktifitas
C. Prioritaskan Tuhan dalam keuangan.
Terimalah mujizat yang Tuhan sediakan bagi Anda. Tuhan memberkati. (Ps.BW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar