Belas Kasih Yang Menyelamatkan

Lukas 15:20
Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.

Kisah anak yang hilang tentu bukanlah kisah yang asing bagi kita. Dalam kisah ini, anak bungsu meminta warisannya kemudian pergi berfoya-foya dan menghamburkan hartanya. Sehingga ia jatuh miskin dan ditinggalkan teman-temannya. Dalam kemiskinannya ia teringat orang upahan bapanya makan dengan kenyang, sedangkan dirinya kelaparan, bahkan makan sisa makanan babi pun dilarang. Akhirnya memutuskan untuk bertobat dan kembali kepada bapanya.

Hal yang jarang diungkap adalah pribadi bapanya. Bertahun-tahun sedih dan merindukan anaknya kembali. Ia tidak marah dan membenci anaknya yang bungsu walaupun telah mengecewakannya.

Di sini kita belajar:
1. Hati Bapa adalah hati yang selalu dipenuhi belas kasihan kepada jiwa-jiwa yang terhilang. Selalu berdoa dan merindukan yang terhilang kembali. Apakah kita memiliki hati yang demikian? Ataukah hati kita sudah keras sehingga tidak merasakan penderitaan dan kesesatan orang lain? Sebagai gereja kita mengajak jemaat untuk senantiasa punya belas kasihan sehingga doa dan pelayanan kita menyentuh jiwa-jiwa yang terhilang.

2. Kasih Bapa adalah pro aktif. Kasihnya tidak pasif tapi aktif. Saat ia melihat dari jauh anaknya kembali, segera ia berlari, memeluk dan mencium anaknya.
Apakah kita sebagai gereja aktif atau pasif? Gereja aktif adalah gereja yang orientasi pelayanannya kepada jiwa-jiwa. Berdoa buat jiwa-jiwa, konseling, mengunjungi,

memuridkan, menginjil dan membagi berkat. Sedangkan gereja yang pasif adalah gereja yang orientasi pelayanannya kepada program atau kegiatan. Mari menjadi gereja yang mengenakan "kasut kerelaan memberitakan Injil damai sejahtera". Jangan pasif tapi aktif.

3. Kasih Bapa adalah kasih yang rela berkorban.
Tanpa memandang dosa anaknya, ia melihat pertobatan anaknya, sehingga ia menerima dan mengampuninya. Segeralah ia memanggil hamba-hambanya, mengenakan cincin kepada anaknya, memakaikan jubah kepada anaknya, menyembelih lembu yang tambun dan mengadakan pesta. Kita mungkin pernah mendengar slogan "Save the lost at any cost" artinya selamatkan jiwa berapa pun harganya. Sudahkah kita menjadi gereja yang berani berkorban demi keselamatan jiwa-jiwa? Maukah kita berkorban tenaga, waktu, harta bahkan rela menderita demi 1 jiwa diselamatkan? Apa yang kita lakukan bukan hanya untuk gereja kita bertumbuh, tetapi buat diri kita masing-masing. Kumpulkan harta di sorga dan hasilkanlah buah yaitu jiwa-jiwa yang kita bawa kepada Tuhan.

Together Impactful
Ps. Budi Wikanto, MA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages