Jumat, 8 Januari 2021
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 22-24
Kejadian 22:13 (TB) Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.
Seringkali kita berpikir bahwa mujizat terjadi secara instan atau sesaat setelah kita berdoa. Memang bisa terjadi secara cepat, tetapi lebih sering kita menunggu untuk waktu yang lebih lama bahkan sampai detik-detik terakhir.
Dalam perjalanan menuju ke gunung Moria, tentu Abraham berdoa dan berharap dalam hati bahwa Allah akan memberikan domba sebagai pengganti anaknya. Sebab itu ketika Ishak bertanya Abraham menjawab dengan iman.
Kejadian 22:8 (TB) Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.
Tetapi ketika Abraham sampai ke tempat yang dituju belum ada domba yang dikirim oleh Tuhan. Bahkan ketika ia menyusun mezbah kayu untuk korban bakaran belum juga tiba. Sungguh dramatis, pada detik-detik terakhir, pada saat ia mengulurkan pisau untuk menyembelih anaknya, mujizat pun terjadi.
Kejadian 22:10-12 (TB) Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan."
Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."
Kejadian 22:13 (TB) Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.
Apa yang dapat kita pelajari dari kisah tersebut?
1. Mujizat membutuhkan iman.
Abraham percaya Tuhan akan menyediakan domba untuk korban bakaran. Percayalah Tuhan sanggup mengadakan mujizat bagi kita. Apapun kebutuhan kita, percayalah Tuhan pasti sanggup menyediakan sesuai dengan rencana-Nya.
2. Mujizat membutuhkan ketekunan.
Abraham tekun menantikan sepanjang perjalanan bahkan sampai detik-detik terakhir. Bertekunlah menantikan mujizat datang. Jika mujizat belum datang berarti belum tiba waktu Tuhan sehingga kita harus lebih tekun lagi menantikan pertolongan Tuhan.
3. Mujizat membutuhkan pengorbanan.
Seandainya Tuhan tidak mengirim domba sebagai pengganti anaknya, Abraham percaya bahwa Tuhan sanggup membangkitkan anaknya yang mati dan menghidupkan kembali. Di sini Abraham membuktikan ketaatannya dengan tindakan nyata untuk mengorbankan anaknya. Dalam menantikan mujizat, kita bisa berkorban perasaan, waktu, tenaga, keuangan ataupun segala yang kita miliki. Istilahnya "all out" bagi Tuhan. Percayalah semua pengorbanan kita tidak pernah sia-sia. Tuhan memperhitungkan sebagai kebenaran dan pasti akan mendatangkan mujizat yang lebih dari yang kita pikirkan dan doakan.
Efesus 3:20 (TB) Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,
Biarlah renungan ini memberi inspirasi bagi Anda yang menantikan mujizat Tuhan. Bangunlah iman, ketekunan dan pengorbanan sampai mujizat datang dalam hidup Anda. Greater destiny. (Ps.BW)
Terimakasih utk renungannya, yg sungguh membangkitkan iman, menyegarkan jiwa, memulihkan hati, Tuhan YESHUA memberkati HambaNya, Aminnn🙏
BalasHapus