Mengakui Dosa Orang Lain

 



Jumat, 16 September 2022


Bacaan Alkitab Setahun: Daniel 7-9


Daniel 9:8 (TB)  Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau.


Daniel adalah seorang tawanan Yahudi yang dibuang ke Babel. Penyertaan Tuhan ada padanya sehingga ia menerima kuasa dan mendapatkan kedudukan tinggi dari raja Babel dalam beberapa generasi.


Meskipun jabatan dan kehidupannya bisa dikatakan nyaman, tetapi Daniel tidak pernah melupakan negerinya di Yerusalem yang hancur akibat kesalahan para pemimpin dan penduduknya yang memberontak kepada Tuhan. Sebab itu dalam doanya Daniel bersyafaat (berdoa bagi orang lain). Salah satu doanya adalah mengakui dosa para raja-raja, pemimpin dan nenek moyangnya yang tidak taat kepada Tuhan.


Salah satu prinsip dalam doa syafaat adalah pertukaran yaitu memposisikan diri sebagai orang lain dan mengakui dosa serta memohon pengampunan Tuhan. Ketika Yesus di atas kayu salib, Ia juga memberi teladan doa syafaat kepada orang lain.
Lukas 23:34 (TB)  Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. 


Semakin bertumbuhnya iman dan kedewasaan rohani akan membawa seseorang untuk berdoa syafaat bagi orang lain. Ia tidak lagi egois berdoa bagi kebutuhan pribadinya, tetapi mulai memiliki empati dan belas kasihan terhadap penderitaan orang lain. Ia tidak gengsi melainkan merendahkan diri untuk mengakui dosa orang lain dan memohonkan pengampunan dari Tuhan.


Dosa siapakah yang dapat Anda akui di hadapan Tuhan? Mulailah dari keluarga sendiri kemudian meluas kepada komunitas, gereja, kota dan bangsa. Misalnya mengakui dosa orang-orang yang kita kasihi dalam keluarga dan memohonkan pengampunan dari Tuhan.


Ayub adalah seorang bapa yang menyayangi keluarganya. Ia selalu bersyafaat dan mempersembahkan korban demi anak-anaknya sebab ia tahu mungkin saja anak-anaknya telah berbuat dosa. Ia tidak hanya memikirkan hubungannya sendiri dengan Tuhan tetapi juga hubungan keluarganya dengan Tuhan.


Ayub 1:5 (TB)  Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati." Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.


Semoga renungan ini menjadi berkat dan membawa kita kepada langkah yang lebih maju yaitu bersyafaat bagi orang lain dengan mengakui dosa mereka dan memohonkan pengampunan Tuhan. Haleluya, Tuhan Yesus memberkati. (Ps.BW)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages